Rabu, 25 Mei 2011

Dr. Soeharto

Pernah dengar nama Dr. Soeharso? Dia memang seorang dokter, tapi siapa dia itu? Tak pernah ada dalam lembaran sejarah.
                Soeharso lahir tanggal 13 Mei 1912 dari keluarga petani miskin di desa Kembang Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Sejak kecl ia sudah menjadi anak yatim kerena Ayahnya keburu pulang ke Rakhmatulloh. Sejak itu pula ia bersama Ibunya  harus berjuang memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Namun penderitaan itu tidak mengurangi semangat Soeharso untuk mengayuh cita-citanya yang tinggi dan berguna untuk nusa dan bangsanya. 
“Saya ingin jadi dokter untuk membantu kesejahteraan rakyat” bisik hati Soeharso ketika itu. Terlihat kehidupan rakyat di daerahnya yang melarat. Penghasil mereka banyak disedot untuk kepentingan penjajah Belanda. Bangsa tak ubahnya seperti sapi perahan. Tenaganya diperas, tapi hasilnya dirampas.
Soeharso setiap hari belajar dengan tekun. Disamping itu ia juga harus membantu Ibunya menggarap sawah milik orang lain. Hanya dengan itulah Soeharso bisa meniti pendidikannya walaupun dalam keadaan pas-pasan.
Berkat ketekunannya itu, pada usia 27 tahun Soeharso telah berhasil meraih title dokter. Suatu prestasi yang langka, mengingat kondisi dan situasi pendidikan waktu itu sangat sulit. Apalagi dari kalangan rakyat biasa.
Pada zaman kemerdekaan, Dr. Soerharso ikut terjuan dalam kanca perjuangan sebagai dokter para pejuang. Hatinya tergugah ketika melihat para pejuang kita banyak yang menjadi korban keganasan perang. Mereka menjadi cacat seumur hidupnya.
Karena itu Dr. Soeharso lalu mendirikantempat penampungan para penderita cacat di garasi mobil. Ia berjuang tanpa pamrih dan tanpa bantuan dari siapapun, bahkan rela mengeluarkan biaya dari sakunya sendiri. Telah banyak para penyandang cacat yang ditolong dokter Soeharso.
Hasil karya kemanusiaan itu akhirnya tercium juga dari jauh oleh Negara-negara Barat. Bantuan mengalir dari AS, Inggris, Australia dan PBB. Mereka kagum melihat usaha dokter Soeharso yang dengan susah payah berhasil membangun lembaga rehabilitasi penyandang cacat di Solo. Oleh PBB usaha itu dijadikan teladan, dan didukung sepenuhnya.
Tahun 1969 nama dokter Soeharso makin mendapat perhatian dunia. Dalam kongres Internasional rehabilitasi penyandang cacat di Dublin yang dihadiri 2000 ilmuwan dunia, ia memperolah penghargan dan pengakuan Internasional atas jasa-jasanya terhadap perikemanusiaan khususnya di rehabilitasi cacat.
Dalam kongres itu ia dan istrinya yang setia Ibu Djuharinsiah dianugerahi Lasker Award, piagam penghargaan dan uang tunai 2.500 dollar AS dari mary Lasker Foundation.
Selain itu nama Dr. Soeharso juga ditulis dalam buku encyclopaedia sebagai tokoh Humanis Internasional.
Begitu juga dunia internasional menganugerahi “ World Rehabilitation Price” dari World Veteran Federation yang berkedudukan di Wina. Dr. Soeharso juga menerima hadiah deri badan tersebut. Uang sebesar 3.000 dollar AS. Namun sebagian besar uang itu kemudian ia gunakan untuk kepentingan orang lain.
Dalam kesempatan memperdalam ilmunya di luar negeri, Dr. Soeharso berhasil memperoleh gelar Fellow International College of Surgeon dari University of Chicago. Dan dalam bulan Oktober 1969 ia memperoleh gelar Honoris Causa darii Universitas Airlangga Surabaya. Sedang pemerintah menganugerahi Satya Lencana Pembangunan dan Bintang Mahaputera kelas III-RI.
Setelah 24 tahun Dr. Soeharso mengabdi dirinya kepada kemanusiaan, akhirnya Tuhan mmengambil untuk kembali keharibaan-Nya. Bangsa Indonesia kehilangan seorang teladan yang telah banyak berjasa membantu para penyandang cacat. Salah satu bukti jasanya itu berupa Lembaga Rehabilitasi Penyandang Cacat di Solo. Hingga kini Lembaga tersebut tetap berdiri megah dan terbesar di Asia. Ia meninggal dunia tanggal 27 Februari 1971 di Solo.

Minggu, 22 Mei 2011

Rasa, Serpihan Kaca

Ini adalah ending dari permulaan
Gurindam rindu menikam hati
Gemuruh sepi berkobarnya api di dalam hati
Ketika mata memandangmu
Seolah hatiku berubah menjadi serpihan kaca
Kilauan cahaya namun terasa membinasa
Sesuatu yang indah namun berbahaya
Serpihan yang dapat membuat hati terluka
Teringat masa lalu yang begitu indah dalam sejarah cerita
Cerita cita cinta bagaikan serpihan kaca
Sentuhlah serpihan kaca itu . . . maka kita,
akan merasakan rasa sakit


Kalau darah mengalir . . .
Maka terjadilah, sesuatu yang menggetarkan jiwa
Rasa gundah dan resah
Membuat rasa tanda tanya?
Dan menyatakan penyesalan yang begitu mendalam, tiada tara . . .
Ku takuti bila semua orang tahu
bahwa rasa sakit ini dirasakan mereka
Ini adalah bait terakhir dari segalanya
"Serpihan kaca berkilau mengeluarkan cahaya,
yang begitu indah dan sangat memesona"

Kesaktian Pancasila

Tepat pada tanggal 1 Oktober 1989, kita bangsa  Indonesia memperingati hari Kesaktian Pancasila. Pada saat itu, 46 tahun silam, Pancasila menunjukkan keampuhannya dalam menanggulangi gerakan yang mau menumbangkan dan menggantinya dengan ideologi lain. Gerakan 30 September PKI memaksakan kehendaknya mengganti Pancasila dengan komunisme. Suatu tragedi Nasional yang ditimbulkan oleh golongan anti-Tuhan, anti-Pancasila, yang mengorbankan putra-putri terbaik di tanah air tercinta ini.

Aksi Gerakan 30 September PKI adalah merupakan taktik untuk menghancurkan Pancasila. Bagi mereka Pancasila sebagai batu loncatan. Mereka menerima untuk sementara. Bila pada saatnya telah mampu dan kuat akan mengganti dasar Negara itu dengan paham komunisme.
Usaha kaum fasikin dan munafikin itu tidak berhasil. Atas pertolongan Allah, PKI dan G 30 S-nya dapat dihancurkan dan ditumpaskan dalam tempo singkat. Pancasila tetap tegar. Mereka lupa bahwa Pancasila telah berakar dan membudaya dalam dada bangsa Indonesia. Sebab Pancasila secara tidak langsung merupakan jelmaan kepribadian bangsa.

Negara kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah Negara Pancasila. Artinya, Pancasila sebagai dasar dan falsafah bangsa menjadi pangkal negeri ini berdiri dan berkembang serta menjadi tujuan akhir negeri ini membangun. Sebab masyarakat adil dan makmur yang hendak kita wujudkan dalam pembangunan ini adalah masyarakat Pancasila. Pancasila adalah inti pokok sejarah bangsa dan akar serta pondasi dari ekstensi Negara dan masyarakat Indonesia.

Pancasila secara formal terdapat pada Pembukaan UUD 1945, Pokok Kaidah Negara yang fundamental itu adalah tempat pengukuhan rumusan-rumusan Pancasila. Ia tidak lahir secara mendadak. Melainkan melalui proses yang panjang. Dimatangkan oleh sejarah perjuangan bangsa. Unsur-unsur Pancasila yang terdapat dalam masyarakat mengkristal dan kemudian menjadi dasar filsafat Negara.

Suatu bangsa pasti mempunyai pandangan hidup. Bila tidak akan terombang-ambing oleh masalah-masalah besar yang dihadapi. Tanpa pegangan hidup yang kuat dan tepat, sesuatu bangsa akan tergoyah. Pandangan hidup ini sangat perlu untuk masa kini maupun masa depan. Pandangan hidup bagi bangsa Indonesia adalah Pancasila, yang berakar dalam kepribadian bangsa. Kerenanya, ia diterima sebagai dasar yang mengatur hidup ketatanegaraan.

Sebagai landasan idiil bagi perikehidupan nasional. Pancasila menjiwai tiap kebijaksaan dan langkah tindakan pemerintah. Ia juga merupakan kompas yang mampu memberikan bimbingan kepada Negara, masyarakat dan manusia Indonesia dalam semua gerak dan kegiatannya.

Dengan demikian nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi pedoman dan sumber hukum yang berlaku dalam kehidupan bermayarakat dan bernegara. Kandunan Pancasila dalam pembukaan UUD 1945, memberikan pengakuan akan adanya hukum Tuhan, hukum kodrat dan hukum etis atau susila.

Ditinjau dari causa materialis – asal mula bahan – Pancasila digali dari bumi Indonesia sendiri. Unsur-unsurnya terdapat dalam adat kebiasaan, kebudayaan dan ajaran agama di Indonesia. Nilai-nilai luhur ini bertahan, berkembang dan diwariskan secara turun temurun. Diakui dan diyakini kebaikannya.


Dalam kenegaraan, pancasila adalah dasar Negara dan falsafah bangsa, menjadi asas persatuan dan kesatuan bangsa. Menjadi titik tolak dan sekaligus tujuan hidupnya. Menurut Prof. Notonagoro, bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam tri-Prakara: Adat Istiadat, kebudayaan dan dalam Negara. Pancasila mendasari semua gerak langkah kehidupan Negara dalam kehidupan rohani dan jasmani.


Sejak bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, sejak saat itu pula gangguan berdatangan. Serangan dan gangguan ini datang dengan maksud agar bangsa Indonesia gagal dalam mempertahankan kemerdekaannya. Bila hal itu terjadi berarti gagal pula dalam mempertahanakan Pancasila sebagai dasar dan falsafah Negara.


Dalam searah telah tercatat, macam rintangan dan gangguan yang ditujukan terhadap bangsa Indonesia. Serangan sekutu setelah merdeka, agresi Belanda, peristiwa Madiun, yaitu perebutan kekuasaan oleh PKI pimpinan Muso, gangguan keamanan dan pemberontakan DI/TII pimpinan  Kartosuwiryo dan Kahar Muzhakar, pemberontakan PRRI/Permesta dan yang terkahir gerakan 30 September 1965 (G-30-S/PKI).


Cobaan yang terkhir itu cukup berat dan membawa korban 10 “Pahlawan Revolusi”. Keadaan Negara kacau berlarut-larut. Untunglah Jendral Soeharto atas dasar Supersemar segera mengambil tindakan dengan pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya dan sekaligus dinyatakan bahwa PKI adalah partai terlarang. Ajarannya, komunisme/ marxisme tidak boleh diajarkan di Indonesia.


Dalam menghadapi serangan dan gangguan itu, bangsa Indonesia dengan falsafah hidupnya mampu bertahan dan mempunyai kekuatan untuk menolak bahaya yang mengancam. Khusunya pada tanggal 1 Oktober 1965, karena Pancasila sebagai falsafah dan dasar Negara dapat mempertahankan Negara Kesatuan Republik  Indonesia, maka tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.


Setelah itu sejak tahun 1966 sejarah bangsa Indonesia membuka lembaran baru. Dengan pimpinan Jendral Soeharto, pemerintah ingin mengubah sikap hidup. Membentuk manusia baru atas dasar Pancasila, prioritas perjuangan ialah mewujudkan stabilitas politik dan ekonomi, melaksanakan pembangunan, menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Masyarakat yang tetap berjiwa dan berwajah Indonesia. Masyarakat sosialistis religious, bukan masyarakat individualistis, materialistis dan atheistis.


Untuk mewujudkan masyarakat Pancasila yang kita cita-cita kan ini, maka bertekad melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Terhadap setiap gerakan yang mau menggoyahkan pandangan hidup bangsa ini tentu akan dihadapi bersama oleh seluruh rakyat Indonesia.


Lahirnya Orde Baru pada tahun 1966 sebagai bukti bahwa setiap usaha yang menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945 akan mendapatkan tantangan dari rakyat dan akan mengalami kegagalan.

Sabtu, 21 Mei 2011

My Life about RedWhite

Dear, 20 Desember ’10 (01.27 am)

Ini, adalah sesuatu yang sangat memilukan yang pernah aku alami dalam sejarah kehidupanku. Pernahkah membayangkan suatu impian dimana impian itu bukanlah sesuatu yang di inginkan oleh diri sendiri? Ini adalah suatu ungkapan dimana impian itu berwujud dari suatu hukuman/ujian untuk memenuhi target atau nazar.. Disini, aku akan menceritakan bagaimana pedihnya untuk mencapai target tersebut. Banyak hal hal yang perlu aku pelajari dan aku renungkan bagaimana bisa hal ini sampai terjadi hingga prosesnya yang begitu rumit. Walaupun sebenarnya tidak terlalu rumit. Aku tidak tau bagaimana kelanjutan impian ku ini. Di sisi lain, tujuanku untuk memenuhi target ini hanya sebatas pencapaian nazar, sebagai batas tolok ukur kemampuan mentalku selama ini, sebagai pengalaman berharga dimana di dalam kehidupan selalu menggunakan suatu prinsip “keberhasilan dan kesuksesan seseorang, dilihat dari usaha dan niat”, aku merasakan sesuatu yang sangat luar biasa yang pernah aku alami sekarang ini. Pentingnya menerapkan kedisiplinan, pentingnya menghargai waktu, pentingnya menghormati seseorang, pentingnya arti sebuah kawan dan persahabatan, pentingnya menyayangi dan mencintai keluarga dan saudara secara naluri, pentingnya pengorbanan orang orang sekitarku, pentingnya motivasi dan sportifasi dari dukungan semua orang, dan pentingnya arti cita cita dan cinta yang sesungguhnya. Dan masih banyak lagi yang ingin aku sampaikan disini. Namun aku tidak bisa menyebutkan satu persatu dengan alasan kurangnya dukungan karakter. Mungkin aku butuh perkenalan untuk memperakrab suasana. Namaku karomatul hikmah. Aku biasa dipanggil hikmah. Aku lahir di pasuruan tanggal 19 desember ’94. Aku adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Kehidupanku yang malang ini membuatku lebih dewasa dan masih mampu bertahan di dalam dunia ini. Karena aku yakin, walaupun keadaanku selama ini dalam kondisi yang mengharukan dan memilukuan, aku yakin suatu saat nanti akan terjadi suatu keajaiban. Aku tau sekarang aku dalam keadaan yang serba salah, dan tidak akan ada benarnya saya bisa hidup ini.

Ketika suatu waktu yang bersejarah hingga aku diberikan kepercayaan oleh beliau untuk menjalankannya, aku yakin kepercayaan beliau kepadaku tidak akan sia sia. Aku begitu bersungguh sungguh dalam melaksnakan dan menjalankan kepercayaan beliau. Hingga aku terpilih menjadi inti dari kegiatan tersebut. Sejujurnya saja sebenarnya aku tidak pernah dan tidak bisa melakukan posisi ku pada waktu itu. Karena aku tidak pernah menjadi bagian yang begitu spesial dalam kegiatan tersebut. Aku pun mengatakan sejujurnya pada beliau bahwa aku tidak bisa. Namun beliau mengatakan bahwa aku pasti bisa apabila terus berlatih. Posisi ku pada waktu itu adalah suatu keistimewaan dan lebih lebih menggiurkan bagi mereka mereka yang ingin seperti posisi ku pada waktu itu. Setelah pelatihan yang terus menerus dan menyita banyak waktu, aku pun siap dan sanggaaattttt yakin aku bisa sukses dan berhasil dalam menjalankan posisi tersebut yang telah di percayai oleh beliau. Begitu waktu yang tepat, keadaan berubah suram dan menggetarkan jiwa. Aku tidak tau harus bagaimana ketika selesai menjalankan semua itu. Aku memang tau batul pada waktu itu beliau dan semuanya merasa kecewa. Tapi aku harus bagaimana? Aku bingung untuk menentukan sikapku pada waktu itu. Disisi lain aku bernalar panjang, bagaimana bisa terjadi?? Nasi telah menjadi bubur. Apabila aku menangis, tidak akan merubah keadaan dan tidak mungkin ungkapan maaf ku hanya sebatas meneteskan air mata buaya. Disisi lain aku juga tidak mungkin menunjukkan sikap seperti patung lapuk dimakan usia. Aku memutuskan untuk tetap tegar dihadapan mereka. Suatu kegagalan yang luar biasa yang pernah aku alami yang tidak akan aku lupakan sampai di akherat nanti.

Waktu seiring berjalan tanpa ada jeda. Setiap malam aku menangis sejadinya, sepuasnya hingga sampai sekarang aku merasakan yang namanya penyakit insomnia. Sungguh betapa berat ujian yang engkau berikan kepada hambamu ini Yaa Allah.. Berikan hambamu ini ketabahan. Amin ..

Setelah waktu kian semakin cepat berjalan dan berlalu,, hingga pada waktu yang tepat hukuman itu muncul dan datang secara tiba tiba (hari Sabtu: 2 Sept ’10, Pukul: 01.17 pm).. Aku pun dan kedua kawan ku mempertimbangkan dan tanpa berfikir panjang menerima hukuman itu dengan tujuan agar beliau dan mereka semua bisa memaafkan aku. Sebelum munculnya hukuman ini, aku bersama teman sejawatku, dia seorang pria yang bisa mengerti akan perasaan duka dan selalu periang ketika melihat kawan kawannya bahagia. Sebut saja namanya X. Dan yang satunya lagi dia adalah sosok kawan yang selalu mengerti keadaan dan selalu merendah. Sebut saja dia Y. Malam setelah kejadian suram itu kami menangis bersama melalui handphone kami masing masing. Kami saling menyalahkan diri sendiri dan saling menganggap bahwa kami lah yang begitu bodoh, begitu rendah, dan begitu buruknya kami. Kami tidak tahan menahan duka yang kami rasakan pada waktu itu. Hingga kami akhirnya saling membangkitkan semangat satu sama lain dan tanpa menyerah dengan kegagalan yang kami dapat pada waktu itu. Kami pun memutuskan untuk bernazar memiliki impian, sebuah harapan untuk menunjukkan bahwa kamilah yang terbaik, dan kami bukanlah orang yang begitu menghancurkan nama baik, dan lebih parah menyangkut perjuangan bangsa pendahulu kami (bahasa yang terlalu tinggi). Aku dan kawan X memutuskan untuk memiliki 2 nazar, singkat kata yang kumaksudkan dalam nazar adalah berupa simbol. Yang pertama berupa angka 1. Dan target akhir kami berkategori tidak tau apalah. Bingung untuk menjadikannya suatu simbol. Sekarang nazar awal nomor pertama telah tercapai. Nazar pertama kami yang lebih ringan daripada nazar terakhir. Karena nazar ini dibantu oleh berbagai pihak, semuanya tanpa terkecuali. Terutama beliau, Atasan kami semua.

Tahukah mengapa aku menulis ini? Karena aku ingin mereka terutama dia membaca sedikit cerpen dariku. Karena dia lah yang memberikan kepercayaan pertama kali ketika aku bergabung dengan dia. Dia lah yang mengikutsertakan aku untuk pencapaian target awal nomor pertamaku, dan dia lah yang berani membela ku di hadapan banyak orang dan atasan dia. Juga atasanku.. Sungguh tidak pernah kubayangkan. Walaupun dia selalu menuntut keadaan untuk menjadi lebih baik, namun situasi ku yang sedang kacau balau ini, aku tetap masih menghargai dan menghormati kepedulian dan pengertian beliau kepadaku. Karena aku merasa dia adalah orang yang paling baik yang pernah aku kenal dalam hidupku bersama dengan sahabat2 nya yang tidak mudah untuk dipisahkan. Ouw, sungguh So Sweet sekali….

Hari seiring berjalan tanpa henti dan cepat berlalu. Selama kami dalam menjalankan konsekwensi kami, kami mendapatkan sekaligus memiliki banyak halangan dan rintangan yang tidak pernah kami bayangkan sebelumnya. Diantaranya kami sulit membagi waktu dan kami merasa tidak terbiasa dengan kegiatan baru kami karena kurangnya kemampuan dan mental yang kami miliki selama ini. Selain itu parahnya, ketika kami telah menyelesaikan konsekwensi kami dalam cakupan 60%, salah satu kawan sejawat dan seperjuangan ku keluar dan tidak sanggup untuk meneruskan dan melanjutkan konsekwensi kami. Dengan alasan (kalau menurut saya) kurang efektif dan sangat tidak logis. Bahkan saya masih hafal kapan dan dimana kawan Y memutuskan kemunduruannya. Pada hari senin tanggal 3 januari 2011 pada pukul 08.16 WIB di taman sekolah kami yang disaksikan oleh banyak anggota dan dewan harian kami. Saya dan kawan X tidak bisa berkata apapun. Apalagi menentukan sikap kami selanjutnya. Kejadan ini menimbulkan banyak kontraversi. Saya tidak menangisi sesuatu hal apapun. Berbeda dengan kawan X. Dia cengeng, sangat cengeng. Ada sesuatu yang membuat dia drop and down, dia akan menangis. Tapi namanya juga karakter orang, pasti berbeda beda. Ya kan?

Setelah kawan Y menyatakan kemundurannya, dia memanggilku dgn kawan X untuk membicarakan sesuatu. Dia mengatakan “ Ayo semangat, aku minta maaf tidak bisa melanjutkan konsekwensi kita. Karena aku habis kecelakaan, dan itu tidak mungkin aku lanjutkan dalam waktu singkat, karena aku harus istirahat 2 bulan supaya aku bisa sembuh total. Kalian tidak mungkin menungguku untuk melanjutkan konsekwensi kita. Karena aku butuh 2 bulan. Kalian menengerti kan maksud ku? Setelah ini akan ada diadakan seleksi untuk pencapaian target akhir kalian. Aku tidak mungkin bisa ikut melanjutkan perjuangan dan pengorbanan bersama kalian selama ini. Karena aku merasa tidak yakin dengan semua ini. Selain itu aku juga tidak diperbolehkan lagi untuk melanjutkan kegiatan ini. Aku minta maaf banget pada kalian. Tapi aku yakin, kalian pasti bisa menyelesaikan nya tanpa ku. Karena aku tetap percaya kalian. Kalian pasti bisa. Jangan putus asa. Tetap semangat. Sampai jumpa!(sambil menjabat tangan kami)” mengharukan bukan?? Seketika itu dia pergi berlalu dari hadapanku dan kawan X. Kami masih terpaku dan masih diam di tempat kami masing masing. Kawan X tanpa henti mengeluarkan air mata. Sedangkan aku? Aku tetap diam seperti pohon ditiup angin. Huvt, capek juga. Sedih juga, memilukan.. Hati bertambah sendu. Namun aku tetap bersyukur. Karena banyak kawan kawan kami yang masih menyemangati kami, memotivasi kami, pokoknya aku sangat sangaatttt berterima kasih pada kalian semua. Tanpa kalian, aku tidak mungkin bisa dapat menyelesaikan jatah ku selama ini. Sejalan dengan itu, kami tetap meneruskan konsekwensi kami dan kami mendapatkan banyak pengganti posisi kawan Y secara bergiliran. Ada kawan kawan bahkan senior kami pula.

Tapi guys, semenjak aku mendapatkan pengalaman pahit ini, aku merasa tidak yakin dengan kemampuanku sendiri untuk bisa memenuhi target akhir ku. Karena ya itu “pesimis”. Kawan X yang begitu banyak memotivasi ku. Dia bilang “kita pasti bisa. Jangan menyerah dan jangan mudah putus asa. Itu akan menjadi semakin sakiittt bila dirsakan. Karena pesimis itu dapat menghancurkan impian kita”. You know? Okey. Aku sekarang semangat kembali :D :*

Mungkin ini bait terkhir yang bisa saya ungkapkan. Kalian tau? Bagaimana rasanya seandainya bila jadi diriku? Itu semua jawabannya ada pada diri kalian masing masing. Sekarang aku ingin menyampaikan sesuatu. Selama aku mendapatkan konsekwensi ini, aku merasa banyak sekali pelajaran pelajaran yang aku dapatkan. Aku merasa beliau memberikan aku konsekwensi tersebut supaya aku bisa belajar dari berani berbuat berani pula bertanggung jawab. Aku merasa beliau mengajariku untuk lebih bersemangat dan menambah kekuatan mental dalam menghadapi semua nya. Terus bersabar dan tumbuhkan niat baik dalam menjalankan suatu keputusan. Aku sampai saat ini masih terbayang dengan memory memory ini. Dan aku akan mengakhiri semua ini dengan konsekwensiku pada hari jum’at tanggal 27 januari 2011. Aku akan meminta ijin senior ku untuk menyetujui keinginanku bila penuntasan pengambilan jatahku ini aku akhiri bersama kawan Y. Karena aku, kawan X dan Y lah yang memulai. Maka ada baik nya apabila kami pula yang mengakhirinya. Saya berharap ini semua jadi kenyataan. Setelah konsekwensi ku selesai aku akan lega. Hehe. Dan ternyata aku diperbolehkan oleh senior ku. Mungkin karena aku terlalu memaksakan kehendak atau mereka punya alasan tersendiri mengapa mereka sampai menyetujui keinginanku. Walaupun sebenarnya tidak diperbolehkan. Sungguh baik hati dan begitu menjiwai. Akhirnya, pada hari jum’at tanggal 28 januari 2011 kami mengakhiri jatah kami yang terakhir kalinya bersama tiga serangkai yang disaksikan banyak orang. Diantaranya para senior, para anggota yang lain, teman teman ku, bahkan ada guru pula yang mengawasi kami dari jauh.

Di jatah terakhirku ini, aku sendiri yang meminta untuk kami bertiga yang melakukannya. Tapi, mereka(seniorku) tidak mau memberikan keputusan itu secara cuma cuma. Mereka menginginkan untuk pengambilan jatah ku yang terakhir kalinya ini dilaksanakan secara baik baik, maksimal, dan tanpa ada kesalahan sedikit pun. Kami menyetujui permintaan senior kami. Akhirnya kami memulai nya. Dan ternyata kami telah melakukan 2 kesalahan. Kesalahan yang tidak penting dan tidak usah diperjelas. Mungkin terlalu senangnya aku dan kami terlalu gembira hingga aku tertawa yang tidak bisa aku tahan selama melaksanakannya. Akhirnya. Untuk yang terakhir kalinya, aku benar benar serius dan menjiwai semua itu. Bersamaan dengan itu, semua gerak gerik kami di jadikan kenangan. Gak penting sekali untuk dibahas. Senangnya pada waktu. Pokonya senang sekali menurutku. Tidak bisa diungkapkan dengan kata kata. Hari terkhir pengambilan jatah. Jadi sudah tidak ada lagi kalimat ini ”ea apa ce hikmah, kamu kok gak pernah ambil jatah. Gak mau ngibarin bendera lagi ta?”.

Hm, ini ada lagi kutipan menarik. Aku sama sekali tidak sengaja dan tidak tau kalau sebenarnya kami mengakhiri jatah itu di tepat hari ulang tahun kawan Y. Bahkan setelah kami disorak’I oleh teman teman setelah jatahku selesai kami saling menjabat tangan dan merubah suasana menjadi haru. Banyak yang mengucapkan selamat atas semua perjuangan kami. Tidak sia sia aku sering insomnia dan makan banyak ubi untuk stamina sehari hari. Hehe,, kok jadi ngomongin makan?? Kayak nya sudah hoby..

Tapi, kawan X cepat berlalu dari kami waktu itu. Entah kenapa dia tidak mengatakan sepatah katapun kepada kami. Tiba tiba menghilang dari lapangan. Sampai sekarang aku masih heran dengan suasana tadi. Seperti ada yang mengganjal dari semua itu. Hm, mungkin ini tidak perlu dibuat beban pikiran. Yang penting nazar ku tercapai. Alhamdullillah.

Dan ternyata semuanya hilang gagal dan musnah kandas begitu saja. Tidak ada lagi nazar, tidak ada lagi harapan, dan tidak ada lagi yang perlu diinginkan dari semua ini. saya menganggap ini hanyalah bunga mimpi saja. Tidak lebih. Tidak akan aku perpanjang sejarah ini dan cukup sampai disini. Sudah terlalu berat beban di dalam hati. Dan tidak ingin aku menjadi menyesalan seumur hidup dan tekanan yang paling dalam. Sekian terima kasih.