Rabu, 25 Mei 2011

Dr. Soeharto

Pernah dengar nama Dr. Soeharso? Dia memang seorang dokter, tapi siapa dia itu? Tak pernah ada dalam lembaran sejarah.
                Soeharso lahir tanggal 13 Mei 1912 dari keluarga petani miskin di desa Kembang Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Sejak kecl ia sudah menjadi anak yatim kerena Ayahnya keburu pulang ke Rakhmatulloh. Sejak itu pula ia bersama Ibunya  harus berjuang memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Namun penderitaan itu tidak mengurangi semangat Soeharso untuk mengayuh cita-citanya yang tinggi dan berguna untuk nusa dan bangsanya. 
“Saya ingin jadi dokter untuk membantu kesejahteraan rakyat” bisik hati Soeharso ketika itu. Terlihat kehidupan rakyat di daerahnya yang melarat. Penghasil mereka banyak disedot untuk kepentingan penjajah Belanda. Bangsa tak ubahnya seperti sapi perahan. Tenaganya diperas, tapi hasilnya dirampas.
Soeharso setiap hari belajar dengan tekun. Disamping itu ia juga harus membantu Ibunya menggarap sawah milik orang lain. Hanya dengan itulah Soeharso bisa meniti pendidikannya walaupun dalam keadaan pas-pasan.
Berkat ketekunannya itu, pada usia 27 tahun Soeharso telah berhasil meraih title dokter. Suatu prestasi yang langka, mengingat kondisi dan situasi pendidikan waktu itu sangat sulit. Apalagi dari kalangan rakyat biasa.
Pada zaman kemerdekaan, Dr. Soerharso ikut terjuan dalam kanca perjuangan sebagai dokter para pejuang. Hatinya tergugah ketika melihat para pejuang kita banyak yang menjadi korban keganasan perang. Mereka menjadi cacat seumur hidupnya.
Karena itu Dr. Soeharso lalu mendirikantempat penampungan para penderita cacat di garasi mobil. Ia berjuang tanpa pamrih dan tanpa bantuan dari siapapun, bahkan rela mengeluarkan biaya dari sakunya sendiri. Telah banyak para penyandang cacat yang ditolong dokter Soeharso.
Hasil karya kemanusiaan itu akhirnya tercium juga dari jauh oleh Negara-negara Barat. Bantuan mengalir dari AS, Inggris, Australia dan PBB. Mereka kagum melihat usaha dokter Soeharso yang dengan susah payah berhasil membangun lembaga rehabilitasi penyandang cacat di Solo. Oleh PBB usaha itu dijadikan teladan, dan didukung sepenuhnya.
Tahun 1969 nama dokter Soeharso makin mendapat perhatian dunia. Dalam kongres Internasional rehabilitasi penyandang cacat di Dublin yang dihadiri 2000 ilmuwan dunia, ia memperolah penghargan dan pengakuan Internasional atas jasa-jasanya terhadap perikemanusiaan khususnya di rehabilitasi cacat.
Dalam kongres itu ia dan istrinya yang setia Ibu Djuharinsiah dianugerahi Lasker Award, piagam penghargaan dan uang tunai 2.500 dollar AS dari mary Lasker Foundation.
Selain itu nama Dr. Soeharso juga ditulis dalam buku encyclopaedia sebagai tokoh Humanis Internasional.
Begitu juga dunia internasional menganugerahi “ World Rehabilitation Price” dari World Veteran Federation yang berkedudukan di Wina. Dr. Soeharso juga menerima hadiah deri badan tersebut. Uang sebesar 3.000 dollar AS. Namun sebagian besar uang itu kemudian ia gunakan untuk kepentingan orang lain.
Dalam kesempatan memperdalam ilmunya di luar negeri, Dr. Soeharso berhasil memperoleh gelar Fellow International College of Surgeon dari University of Chicago. Dan dalam bulan Oktober 1969 ia memperoleh gelar Honoris Causa darii Universitas Airlangga Surabaya. Sedang pemerintah menganugerahi Satya Lencana Pembangunan dan Bintang Mahaputera kelas III-RI.
Setelah 24 tahun Dr. Soeharso mengabdi dirinya kepada kemanusiaan, akhirnya Tuhan mmengambil untuk kembali keharibaan-Nya. Bangsa Indonesia kehilangan seorang teladan yang telah banyak berjasa membantu para penyandang cacat. Salah satu bukti jasanya itu berupa Lembaga Rehabilitasi Penyandang Cacat di Solo. Hingga kini Lembaga tersebut tetap berdiri megah dan terbesar di Asia. Ia meninggal dunia tanggal 27 Februari 1971 di Solo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar