Sabtu, 21 Mei 2011

My Life about RedWhite

Dear, 20 Desember ’10 (01.27 am)

Ini, adalah sesuatu yang sangat memilukan yang pernah aku alami dalam sejarah kehidupanku. Pernahkah membayangkan suatu impian dimana impian itu bukanlah sesuatu yang di inginkan oleh diri sendiri? Ini adalah suatu ungkapan dimana impian itu berwujud dari suatu hukuman/ujian untuk memenuhi target atau nazar.. Disini, aku akan menceritakan bagaimana pedihnya untuk mencapai target tersebut. Banyak hal hal yang perlu aku pelajari dan aku renungkan bagaimana bisa hal ini sampai terjadi hingga prosesnya yang begitu rumit. Walaupun sebenarnya tidak terlalu rumit. Aku tidak tau bagaimana kelanjutan impian ku ini. Di sisi lain, tujuanku untuk memenuhi target ini hanya sebatas pencapaian nazar, sebagai batas tolok ukur kemampuan mentalku selama ini, sebagai pengalaman berharga dimana di dalam kehidupan selalu menggunakan suatu prinsip “keberhasilan dan kesuksesan seseorang, dilihat dari usaha dan niat”, aku merasakan sesuatu yang sangat luar biasa yang pernah aku alami sekarang ini. Pentingnya menerapkan kedisiplinan, pentingnya menghargai waktu, pentingnya menghormati seseorang, pentingnya arti sebuah kawan dan persahabatan, pentingnya menyayangi dan mencintai keluarga dan saudara secara naluri, pentingnya pengorbanan orang orang sekitarku, pentingnya motivasi dan sportifasi dari dukungan semua orang, dan pentingnya arti cita cita dan cinta yang sesungguhnya. Dan masih banyak lagi yang ingin aku sampaikan disini. Namun aku tidak bisa menyebutkan satu persatu dengan alasan kurangnya dukungan karakter. Mungkin aku butuh perkenalan untuk memperakrab suasana. Namaku karomatul hikmah. Aku biasa dipanggil hikmah. Aku lahir di pasuruan tanggal 19 desember ’94. Aku adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Kehidupanku yang malang ini membuatku lebih dewasa dan masih mampu bertahan di dalam dunia ini. Karena aku yakin, walaupun keadaanku selama ini dalam kondisi yang mengharukan dan memilukuan, aku yakin suatu saat nanti akan terjadi suatu keajaiban. Aku tau sekarang aku dalam keadaan yang serba salah, dan tidak akan ada benarnya saya bisa hidup ini.

Ketika suatu waktu yang bersejarah hingga aku diberikan kepercayaan oleh beliau untuk menjalankannya, aku yakin kepercayaan beliau kepadaku tidak akan sia sia. Aku begitu bersungguh sungguh dalam melaksnakan dan menjalankan kepercayaan beliau. Hingga aku terpilih menjadi inti dari kegiatan tersebut. Sejujurnya saja sebenarnya aku tidak pernah dan tidak bisa melakukan posisi ku pada waktu itu. Karena aku tidak pernah menjadi bagian yang begitu spesial dalam kegiatan tersebut. Aku pun mengatakan sejujurnya pada beliau bahwa aku tidak bisa. Namun beliau mengatakan bahwa aku pasti bisa apabila terus berlatih. Posisi ku pada waktu itu adalah suatu keistimewaan dan lebih lebih menggiurkan bagi mereka mereka yang ingin seperti posisi ku pada waktu itu. Setelah pelatihan yang terus menerus dan menyita banyak waktu, aku pun siap dan sanggaaattttt yakin aku bisa sukses dan berhasil dalam menjalankan posisi tersebut yang telah di percayai oleh beliau. Begitu waktu yang tepat, keadaan berubah suram dan menggetarkan jiwa. Aku tidak tau harus bagaimana ketika selesai menjalankan semua itu. Aku memang tau batul pada waktu itu beliau dan semuanya merasa kecewa. Tapi aku harus bagaimana? Aku bingung untuk menentukan sikapku pada waktu itu. Disisi lain aku bernalar panjang, bagaimana bisa terjadi?? Nasi telah menjadi bubur. Apabila aku menangis, tidak akan merubah keadaan dan tidak mungkin ungkapan maaf ku hanya sebatas meneteskan air mata buaya. Disisi lain aku juga tidak mungkin menunjukkan sikap seperti patung lapuk dimakan usia. Aku memutuskan untuk tetap tegar dihadapan mereka. Suatu kegagalan yang luar biasa yang pernah aku alami yang tidak akan aku lupakan sampai di akherat nanti.

Waktu seiring berjalan tanpa ada jeda. Setiap malam aku menangis sejadinya, sepuasnya hingga sampai sekarang aku merasakan yang namanya penyakit insomnia. Sungguh betapa berat ujian yang engkau berikan kepada hambamu ini Yaa Allah.. Berikan hambamu ini ketabahan. Amin ..

Setelah waktu kian semakin cepat berjalan dan berlalu,, hingga pada waktu yang tepat hukuman itu muncul dan datang secara tiba tiba (hari Sabtu: 2 Sept ’10, Pukul: 01.17 pm).. Aku pun dan kedua kawan ku mempertimbangkan dan tanpa berfikir panjang menerima hukuman itu dengan tujuan agar beliau dan mereka semua bisa memaafkan aku. Sebelum munculnya hukuman ini, aku bersama teman sejawatku, dia seorang pria yang bisa mengerti akan perasaan duka dan selalu periang ketika melihat kawan kawannya bahagia. Sebut saja namanya X. Dan yang satunya lagi dia adalah sosok kawan yang selalu mengerti keadaan dan selalu merendah. Sebut saja dia Y. Malam setelah kejadian suram itu kami menangis bersama melalui handphone kami masing masing. Kami saling menyalahkan diri sendiri dan saling menganggap bahwa kami lah yang begitu bodoh, begitu rendah, dan begitu buruknya kami. Kami tidak tahan menahan duka yang kami rasakan pada waktu itu. Hingga kami akhirnya saling membangkitkan semangat satu sama lain dan tanpa menyerah dengan kegagalan yang kami dapat pada waktu itu. Kami pun memutuskan untuk bernazar memiliki impian, sebuah harapan untuk menunjukkan bahwa kamilah yang terbaik, dan kami bukanlah orang yang begitu menghancurkan nama baik, dan lebih parah menyangkut perjuangan bangsa pendahulu kami (bahasa yang terlalu tinggi). Aku dan kawan X memutuskan untuk memiliki 2 nazar, singkat kata yang kumaksudkan dalam nazar adalah berupa simbol. Yang pertama berupa angka 1. Dan target akhir kami berkategori tidak tau apalah. Bingung untuk menjadikannya suatu simbol. Sekarang nazar awal nomor pertama telah tercapai. Nazar pertama kami yang lebih ringan daripada nazar terakhir. Karena nazar ini dibantu oleh berbagai pihak, semuanya tanpa terkecuali. Terutama beliau, Atasan kami semua.

Tahukah mengapa aku menulis ini? Karena aku ingin mereka terutama dia membaca sedikit cerpen dariku. Karena dia lah yang memberikan kepercayaan pertama kali ketika aku bergabung dengan dia. Dia lah yang mengikutsertakan aku untuk pencapaian target awal nomor pertamaku, dan dia lah yang berani membela ku di hadapan banyak orang dan atasan dia. Juga atasanku.. Sungguh tidak pernah kubayangkan. Walaupun dia selalu menuntut keadaan untuk menjadi lebih baik, namun situasi ku yang sedang kacau balau ini, aku tetap masih menghargai dan menghormati kepedulian dan pengertian beliau kepadaku. Karena aku merasa dia adalah orang yang paling baik yang pernah aku kenal dalam hidupku bersama dengan sahabat2 nya yang tidak mudah untuk dipisahkan. Ouw, sungguh So Sweet sekali….

Hari seiring berjalan tanpa henti dan cepat berlalu. Selama kami dalam menjalankan konsekwensi kami, kami mendapatkan sekaligus memiliki banyak halangan dan rintangan yang tidak pernah kami bayangkan sebelumnya. Diantaranya kami sulit membagi waktu dan kami merasa tidak terbiasa dengan kegiatan baru kami karena kurangnya kemampuan dan mental yang kami miliki selama ini. Selain itu parahnya, ketika kami telah menyelesaikan konsekwensi kami dalam cakupan 60%, salah satu kawan sejawat dan seperjuangan ku keluar dan tidak sanggup untuk meneruskan dan melanjutkan konsekwensi kami. Dengan alasan (kalau menurut saya) kurang efektif dan sangat tidak logis. Bahkan saya masih hafal kapan dan dimana kawan Y memutuskan kemunduruannya. Pada hari senin tanggal 3 januari 2011 pada pukul 08.16 WIB di taman sekolah kami yang disaksikan oleh banyak anggota dan dewan harian kami. Saya dan kawan X tidak bisa berkata apapun. Apalagi menentukan sikap kami selanjutnya. Kejadan ini menimbulkan banyak kontraversi. Saya tidak menangisi sesuatu hal apapun. Berbeda dengan kawan X. Dia cengeng, sangat cengeng. Ada sesuatu yang membuat dia drop and down, dia akan menangis. Tapi namanya juga karakter orang, pasti berbeda beda. Ya kan?

Setelah kawan Y menyatakan kemundurannya, dia memanggilku dgn kawan X untuk membicarakan sesuatu. Dia mengatakan “ Ayo semangat, aku minta maaf tidak bisa melanjutkan konsekwensi kita. Karena aku habis kecelakaan, dan itu tidak mungkin aku lanjutkan dalam waktu singkat, karena aku harus istirahat 2 bulan supaya aku bisa sembuh total. Kalian tidak mungkin menungguku untuk melanjutkan konsekwensi kita. Karena aku butuh 2 bulan. Kalian menengerti kan maksud ku? Setelah ini akan ada diadakan seleksi untuk pencapaian target akhir kalian. Aku tidak mungkin bisa ikut melanjutkan perjuangan dan pengorbanan bersama kalian selama ini. Karena aku merasa tidak yakin dengan semua ini. Selain itu aku juga tidak diperbolehkan lagi untuk melanjutkan kegiatan ini. Aku minta maaf banget pada kalian. Tapi aku yakin, kalian pasti bisa menyelesaikan nya tanpa ku. Karena aku tetap percaya kalian. Kalian pasti bisa. Jangan putus asa. Tetap semangat. Sampai jumpa!(sambil menjabat tangan kami)” mengharukan bukan?? Seketika itu dia pergi berlalu dari hadapanku dan kawan X. Kami masih terpaku dan masih diam di tempat kami masing masing. Kawan X tanpa henti mengeluarkan air mata. Sedangkan aku? Aku tetap diam seperti pohon ditiup angin. Huvt, capek juga. Sedih juga, memilukan.. Hati bertambah sendu. Namun aku tetap bersyukur. Karena banyak kawan kawan kami yang masih menyemangati kami, memotivasi kami, pokoknya aku sangat sangaatttt berterima kasih pada kalian semua. Tanpa kalian, aku tidak mungkin bisa dapat menyelesaikan jatah ku selama ini. Sejalan dengan itu, kami tetap meneruskan konsekwensi kami dan kami mendapatkan banyak pengganti posisi kawan Y secara bergiliran. Ada kawan kawan bahkan senior kami pula.

Tapi guys, semenjak aku mendapatkan pengalaman pahit ini, aku merasa tidak yakin dengan kemampuanku sendiri untuk bisa memenuhi target akhir ku. Karena ya itu “pesimis”. Kawan X yang begitu banyak memotivasi ku. Dia bilang “kita pasti bisa. Jangan menyerah dan jangan mudah putus asa. Itu akan menjadi semakin sakiittt bila dirsakan. Karena pesimis itu dapat menghancurkan impian kita”. You know? Okey. Aku sekarang semangat kembali :D :*

Mungkin ini bait terkhir yang bisa saya ungkapkan. Kalian tau? Bagaimana rasanya seandainya bila jadi diriku? Itu semua jawabannya ada pada diri kalian masing masing. Sekarang aku ingin menyampaikan sesuatu. Selama aku mendapatkan konsekwensi ini, aku merasa banyak sekali pelajaran pelajaran yang aku dapatkan. Aku merasa beliau memberikan aku konsekwensi tersebut supaya aku bisa belajar dari berani berbuat berani pula bertanggung jawab. Aku merasa beliau mengajariku untuk lebih bersemangat dan menambah kekuatan mental dalam menghadapi semua nya. Terus bersabar dan tumbuhkan niat baik dalam menjalankan suatu keputusan. Aku sampai saat ini masih terbayang dengan memory memory ini. Dan aku akan mengakhiri semua ini dengan konsekwensiku pada hari jum’at tanggal 27 januari 2011. Aku akan meminta ijin senior ku untuk menyetujui keinginanku bila penuntasan pengambilan jatahku ini aku akhiri bersama kawan Y. Karena aku, kawan X dan Y lah yang memulai. Maka ada baik nya apabila kami pula yang mengakhirinya. Saya berharap ini semua jadi kenyataan. Setelah konsekwensi ku selesai aku akan lega. Hehe. Dan ternyata aku diperbolehkan oleh senior ku. Mungkin karena aku terlalu memaksakan kehendak atau mereka punya alasan tersendiri mengapa mereka sampai menyetujui keinginanku. Walaupun sebenarnya tidak diperbolehkan. Sungguh baik hati dan begitu menjiwai. Akhirnya, pada hari jum’at tanggal 28 januari 2011 kami mengakhiri jatah kami yang terakhir kalinya bersama tiga serangkai yang disaksikan banyak orang. Diantaranya para senior, para anggota yang lain, teman teman ku, bahkan ada guru pula yang mengawasi kami dari jauh.

Di jatah terakhirku ini, aku sendiri yang meminta untuk kami bertiga yang melakukannya. Tapi, mereka(seniorku) tidak mau memberikan keputusan itu secara cuma cuma. Mereka menginginkan untuk pengambilan jatah ku yang terakhir kalinya ini dilaksanakan secara baik baik, maksimal, dan tanpa ada kesalahan sedikit pun. Kami menyetujui permintaan senior kami. Akhirnya kami memulai nya. Dan ternyata kami telah melakukan 2 kesalahan. Kesalahan yang tidak penting dan tidak usah diperjelas. Mungkin terlalu senangnya aku dan kami terlalu gembira hingga aku tertawa yang tidak bisa aku tahan selama melaksanakannya. Akhirnya. Untuk yang terakhir kalinya, aku benar benar serius dan menjiwai semua itu. Bersamaan dengan itu, semua gerak gerik kami di jadikan kenangan. Gak penting sekali untuk dibahas. Senangnya pada waktu. Pokonya senang sekali menurutku. Tidak bisa diungkapkan dengan kata kata. Hari terkhir pengambilan jatah. Jadi sudah tidak ada lagi kalimat ini ”ea apa ce hikmah, kamu kok gak pernah ambil jatah. Gak mau ngibarin bendera lagi ta?”.

Hm, ini ada lagi kutipan menarik. Aku sama sekali tidak sengaja dan tidak tau kalau sebenarnya kami mengakhiri jatah itu di tepat hari ulang tahun kawan Y. Bahkan setelah kami disorak’I oleh teman teman setelah jatahku selesai kami saling menjabat tangan dan merubah suasana menjadi haru. Banyak yang mengucapkan selamat atas semua perjuangan kami. Tidak sia sia aku sering insomnia dan makan banyak ubi untuk stamina sehari hari. Hehe,, kok jadi ngomongin makan?? Kayak nya sudah hoby..

Tapi, kawan X cepat berlalu dari kami waktu itu. Entah kenapa dia tidak mengatakan sepatah katapun kepada kami. Tiba tiba menghilang dari lapangan. Sampai sekarang aku masih heran dengan suasana tadi. Seperti ada yang mengganjal dari semua itu. Hm, mungkin ini tidak perlu dibuat beban pikiran. Yang penting nazar ku tercapai. Alhamdullillah.

Dan ternyata semuanya hilang gagal dan musnah kandas begitu saja. Tidak ada lagi nazar, tidak ada lagi harapan, dan tidak ada lagi yang perlu diinginkan dari semua ini. saya menganggap ini hanyalah bunga mimpi saja. Tidak lebih. Tidak akan aku perpanjang sejarah ini dan cukup sampai disini. Sudah terlalu berat beban di dalam hati. Dan tidak ingin aku menjadi menyesalan seumur hidup dan tekanan yang paling dalam. Sekian terima kasih. 

1 komentar: